KAMPUNG
ORGANIK
Magelang Utara
– Kampung Kalisari, Kelurahan Wates, Magelang Utara menjadi penggagas kampung
organik di Kota Magelang. Setidaknya, upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah
ini sudah dirintis oleh ibu-ibu kreatif di kampung setempat sejak dua tahun
lalu. Ketua Paguyuban Perempuan Pengelola Sampah Terpadu, Legok Makmur,
Kalisari, Nur lamiah mengatakan, upaya kreatif pihaknya itu muncul dari rencana
pemanfaatan sampah. Sebab, tidak dipungkiri bahwa selama ini warga di kampung setempat
kurang memperhatikan smpah ini.
“Waktu itu ada anggaran dari Kelurahan Wates untuk pengelolaan sampah. Kita awali dengan dana yang sangat sedikit itu untuk mengolah sampah dengan karya-karya sederhana. Misalnya kompos, tanaman organik dan aksesoris dari sampah,” katanya, saat ditemui di kediamannya.
“Waktu itu ada anggaran dari Kelurahan Wates untuk pengelolaan sampah. Kita awali dengan dana yang sangat sedikit itu untuk mengolah sampah dengan karya-karya sederhana. Misalnya kompos, tanaman organik dan aksesoris dari sampah,” katanya, saat ditemui di kediamannya.
Namun berkat
kerja keras para penggagas dari RT 01 RW 08 Kelurahan Wates ini, sampah yang
biasanya hanya memberikan dampak bau tidak sedap, disulap menjadi barang-barang
laik jual. Tak pelak, usaha 7 (tujuh) ibu-ibu di lingkungan RT setempat, kini
sudah memiliki penghasilan lain dari pengolahan sampah tersebut. “Semua dari
sampah. Ada kampung organik,yang terdiri dari tanaman sayur dan buah-buahan,
bank sampah, recycle sampah dan lainnya. Bahkan, sekarang kita sudah punya
koperasi sendiri, “ jelas Nur Lamiah.
Diantara hasil
pengolahan sampah itu, Nur Lamiah dan beberapa ibu rumah tangga lainnya terus
mengembangkan upaya-upaya lain untuk menciptakan sebuah terobosan baru, antara
lain : usaha peternakan, perikanan, penjualan sembako dan lainnya. “Di sektor
peternakan, kita punya ayam arab, tentunya sudah ada pesanan dari pelanggan. Kemudian,
supaya ibu-ibu ini peduli dengan sampah, kita terapkan sistem barter sampah
dengan sembako. Sampah ditimbang dan hasilnya nanti bisa mendapatkan sembako,”
imbuh Nur Lamiah.
Ditambahkan
Lisdiarti, Ibu RT 01 RW 08 Kelurahan Wates, bahwa keberadaan Kampung Organik di
kawasan itu saat ini sudah memiliki aneka tanaman yang cukup kompleks. Untuk
sayuran, bahkan pihaknya membudidayakan sawi jepang, yang harganya cukup mahal.
“Semuanya didapat dari hasil pengolahan sampah ini. Tidak ada yang perlu
mengeluarkan uang pribadi itu. Ya mulai dari komposnya, kemudian pengadaan pot,
biaya itu kita alokasikan dari hasil penjualan recycle sampah,” ujarnya.
Tak pelak,
Kampung Kalisari yang sudah menggagas dua tahun kampung organik ini, kini
menjadi kawasan perkampungan satu-satunya di Kota Magelang yang tidak
diperbolehkan mengikuti Lomba Kampung Organik. Selain menajdi yang pertama,
Kampung Kalisari juga menjadi perkampungan langganan kunjungan Kementerian
Lingkungan Hidup. “Kemarin ada penilaian Adipura juga kesini. Itu namanya ada
di buku tamu. Kami harap Kota Magelang bisa meraih Adipura lagi, “ pungkasnya.
(wid)
Sumber :
Magelang
Ekspress, Senin 12 Mei 2014, Kota Magelang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar